Risiko Menunda Kehamilan
Apakah rencana ini bisa menyebabkan masalah, misalnya saya sulit hamil nanti, atau akan mengalami kehamilan berisiko karena usia yang sudah tidak muda? Risiko apa saja yang mungkin akan saya hadapi? Terima kasih. - Aninda, Jakarta.
Jawaban oleh dr. Dyah Irawati SpOG (Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Brawijaya Women and Children Hospital: Halo Aninda, Beberapa tahun terakhir memang cukup banyak pasangan muda yang menunda kehamilan usai pernikahan, baik karena pekerjaan, ingin melanjutkan sekolah atau merasa belum siap memiliki anak. Perlu diketahui, sel telur (ovum) yang dimiliki perempuan tidak akan bertambah sejak dilahirkan. Setiap bulan sebagian sel telur akan matang (siap dibuahi) dan sebagian lain akan menjadi atresia (tidak berkembang).
Dengan bertambahnya usia, sel telur yang kita punya makin sedikit. Dengan bertambahnya usia, fertilitas kita (kemampuan untuk hamil) makin berkurang. Pada usia 20-24 tahun, fertilitas perempuan mencapai 100 persen. Pada usia 35-39 tahun, fertilitas tinggal 60 persen, bahkan hanya 25 persen pada usia 40-44 tahun. Bertambah "tua"nya sel telur, juga memungkinkan terjadinya kehamilan dengan kelainan kongenital pada bayi (cacat bawaan). Dari penelitian didapatkan bahwa kemungkinan terjadinya cacat bawaan pada bayi yang dikandung ibu berusia di atas 35 tahun 3 kali lipat lebih sering dijumpai dibandingkan pada ibu yang berusia lebih muda.
Jadi, menunda kehamilan hingga usia 28 tahun masih boleh. Diskusikan dengan (calon) suami mengenai jumlah anak yang diinginkan, sehingga sebelum usia 35 tahun, proses kehamilan dan melahirkan sudah selesai. Ingat juga bahwa jarak antar anak sebaiknya 2 tahun. Sebelum menunda kehamilan, sebaiknya Anda dan pasangan memeriksakan diri untk memastikan organ dan fungsi reproduksi dalam keadaan baik. Yang juga penting, optimalkan kondisi sebelum kehamilan (persiapan prakonsepsi). Salah satunya dengan mengkonsumsi asam folat yang cukup.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment