“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan ( membina ) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail ( seraya berdoa ): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami ( amalan kami ) , sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Keterangan
Nabi Ibrahim a.s. membangun Ka'bah adalah peristiwa yang pasti, yang dengan gamblang disebutkan dalam Al-Quran. Para ulama menulis, "Adakah tempat yang lebih utama dari tempat ini ( Ka'bah ), karena yang menyuruh membangun Allah swt., perancangnya Malaikat Jibril a:s., dan tukangnya Nabi Ibrahim a.s., seorang nabi yang mulia, dan pembantunya adalah Nabi Ismail Dzabiihullah, yang sangat taat. Allahu akbar, betapa agungnya tempat itu. Dalam riwayat Ibnu Saad di sebutkan bahwa waktu itu umur Nabi Ibrahim a.s. 100 tahun, dan umur Nabi Ismail 30 tahun. (Durrul-Mantsur)
Menurut ahli sejarah, Ka'bah dibangun beberapa kali. Di antaranya ada yang disepakati dan ada yang dipertentangkan. Pembahasan masalah itu secara terperinci telah saya tuliskan di dalam Syarah Muwaththa' Imam Malik, dalam bahasa Arab. Adapun garis besarnya sebagai berikut:
1. Menurut pendapat yang masyhur, yang pertama kali membangunnya adalah para malaikat, 2.000 tahun sebelum diciptakannya Nabi Adam a.s. Sebagian ulama mengatakan bahwa itu adalah pembangunan yang kedua kalinya, sebelumnya telah dibangun oleh Allah swt. Dengan perintah kun fayakun-Nya, yang malaikat pun tidak ikut serta.
2. Yang membangunnya pertama kali adalah Nabi Adam a.s. Pendapat inilah yang masyhur di kalangan ahli hadits dan ahli sejarah, akan tetapi bukan merupakan riwayat yang qath'i. Diriwayatkan di dalam beberapa hadits bahwa Nabi Adam a.s. membangunnya dari lima batu, yakni Libnan, Thurisina, Thur, Zita, Judi, dan Hira'. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa Nabi Adam a.s. yang membuat fondasinya dan kemudian Baitul-Makmur diturunkan dari langit dan diletakkan di atasnya. Setelah itu, ketika Nabi Adam a.s. wafat, atau ketika terjadi banjir topan pada masa Nabi Nuh a.s., Ka'bah diangkat ke langit.
3. Dibangun oleh Nabi Tsits a.s. putra Nabi Adam a.s.
4. Sesuai dengan riwayat yang mengatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. yang membangun, dan itulah yang pasti, yang tingginya 9 ela, panjangnya 30 ela, dan lebarnya 23 ela, tidak ada atap, di dalamnya ada sumur, apa saja yang dinadzarkan untuk Ka'bah dimasukkan di dalamnya.
5. Amaliqah.
6. Jurhum. Amaliqah dan Jurhum adalah dua kabilah Arab keturunan Nabi Nuh a.s.
7. Qushay, kakek Rasulullah saw. yang kelima.
8. Dibangun oleh suku Quraisy pada waktu Rasulullah saw. masih muda, kisahnya terdapat di dalam banyak hadits. Pada waktu itu Rasulullah saw. berumur 25 tahun dan sebagian mengatakan 35 tahun.
Rasulullah saw. sendiri ikut serta di dalam pembangunan tersebut, beliau mengangkut batu dengan pundaknya. Pembangunan Ka'bah inilah yang menyebabkan terjadinya percekcokan antar kabilah dalam memindahkan Hajar Aswad. Setiap kabilah ingin meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Nabi saw. menyelesaikan percekcokan itu dengan meletakkan kainnya dan meletakkan Hajar Aswad di atasnya, lam meminta setiap kabilah mengirimkan satu orang untuk memegang kain itu dan setelah dekat dengan Ka'bah, beliau meminta semua kabilah untuk menjadikan beliau sebagai wakil mereka dalam meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Maka semuanya mengangkat beliau sebagai wakil. Kemudian Rasulullah saw. dengan tangannya yang mulia meletakkan Hajar Aswad itu di tempatnya. Semua orang Quraisy telah berjanji untuk tidak menggunakan harta yang syubhat dalam pembangunan itu, sehingga dana yang terkumpul sedikit dan tidak mencukupi. Karenanya, dinding arah Hathim dimundurkan dan sedikit bagian Ka'bah masih di luar, dan pintu Ka'bah dibangun tinggi — berbeda dengan yang dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. — supaya setiap orang tidak bisa masuk ke dalamnya, dan yang mau masuk harus menggunakan tangga. Sebenarnya Rasulullah saw. berkeinginan untuk membangun Ka'bah sebagaimana yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s., akan tetapi tidak sempat hingga beliau wafat.
9. Pada tahun 64 H., tentara Yazid ketika menyerang Abdullah bin Zubair r.a. di Makkah menghujani api dengan Minjaniq sehingga menyebabkan kelambu Ka'bah terbakar dan merusakkan dinding Ka'bah. Pada peristiwa itu Yazid mati.dan tentaranya kembali. Setelah itu, Abdullah bin Zubair menghancurkan sisanya dan membangun dari nol, sesuai dengan yang dikehendaki Nabi saw., yakni bagian Hathim dimasukkan, dan pintu diturunkan di dekat tanah supaya setiap orang bisa memasukinya, dan pintu yang kedua dibuat di dinding yang berlawanan supaya orang masuk dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain sehingga tidak terjadi saling desak. Pembangunan ini dimulai pada bulan Jumadil-Ukhra tahun 64 H, dan selesai pada bulan Rajab tahun 64 H. atau tahun 65 H. Untuk mensyukurinya, Abdullah bin Zubair r.a. telah membuat jamuan dengan menyembelih seratus ekor linta. Abdullah bin Zubair r.a. memang telah menyempurnakan pembangunan Ka'bah, akan tetapi dalam peristiwa itu terjadi kerugian yang besar, yaitu tanduk kambing surga yang disembelih sebagai pengganti Nabi Ismail a.s. yang selama itu tersimpan di dalam Ka'bah telah terbakar.
10. Setelah Abdullah bin Zubair r.a. wafat, pada rriasa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, Hajjaj telah menyesatkan raja dengan mengatakan bahwa Ibnu Zubair telah mengubah Ka'bah sehingga keadaannya tidak sebagaimana pada zaman Rasulullah saw. Abdul Malik pun mengizinkannya untuk mengubahnya. Maka Hajjaj mengubahnya sebagaimana keadaan sebelumnya, yakni pintu bagian timur ditinggikan, pintu yang berhadapan dengannya ditutup, dan dinding Hathim dipecahkan dan dipisah dari Ka'bah. Dan bagian dalam diurug, atap Ka'bah ditinggikan dari arah dalam. Perubahan ini terjadi pada tahun 73 H. Setelah itu, untuk beberapa lama keadaan Ka'bah seperti itu, yakni tiga bagian dinding dibangun oleh Abdullah bin Zubair r.a., dan bagian Hathim dibangun oleh Hajjaj. Sebagian orang mengatakan bahwa sampai sekarang, itulah bangunan yang asli. Pemugaran dan perbaikan yang dilakukan setelahnya bukanlah membangun secara keseluruhan. Sebagian ulama hadits mengatakan bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid berkeinginan untuk membangun Ka'bah sebagaimana yang dikehendaki Rasulullah saw., akan tetapi Imam Malik rah. a. melarangnya dengan keras. Maksud Imam Malik melarangnya adalah supaya pembangunan Ka'bah tidak dijadikan permainan oleh para raja, yakni setiap raja membangun Ka'bah untuk mencari kemasyhuran
.
11. Pada tahun 1021 H., Sultan Ahmad Turki telah mengganti atap Ka'bah dan mana saja bagian dinding yang sudah keropos dipugar, talang emasnya diluruskan. Dan ini bukan pembangunan secara keseluruhan, tetapi hanya perbaikan.
12. Pada tahun 1039 H., pada masa Sultan Murad terjadi banjir, dengan derasnya air masuk ke dalam Masjidil-Haram sehingga sebagian dinding Ka'bah roboh. Maka Sultan Murad memperbaikinya, dan yang ia perbaiki hanya bagian yang roboh. Oleh karena itu para ahli sejarah mengatakan bahwa ia hanya memugar, bukan membangun secara keseluruhan. Sebagian orang mengatakan bahwa ia membangunnya secara keseluruhan. Sedangkan Maulana Abdul-Aziz telah menulis di dalam kitab tafsirnya bahwa Sultan Murad telah membangun semua bagian Ka'bah, kecuali bagian Hajar Aswad. Dari sini disimpulkan bahwa bagian Hajar Aswad adalah peninggalan Abdullah bin Zubair, dan bagian lainnya adalah bangunan Sultan Murad. Dan pada bulan Muharram tahun 1367 H., Sultan Ibnu Saud telah memperbaharui kusen pintu Ka'bah.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment